Logika Klasik (logika tradisional: putusan yang paling banyak yang paling benar)

Jenis logika ini merupakan ciptaan Aristoteles (384-322 SM), salah seorang filsuf besar yang hidup di zaman Yunani Kuno. Dialah orang pertama yang melakukan pemikiran sistematis tentang logika. Karena alasan itu, logika ciptaannya itu disebut logika Aristoteles atau logika tradisional. Namun demikian, ia sendiri tidak memakai istilah logika, melainkan istilah analitika dan dialektika. Dengan analitika dimaksudkan penyelidikan terhadap argumen-argumen yang bertolak dari putusan-putusan yang benar, sedangkan dialektika adalah penyelidikan terhadap argument-argumen yang bertolak dari putusan-putusan yang masih diragukan kebenarannya. Istilah logika dalam arti seperti yang dikenal seperti sekarang baru diperkenalkan oleh Alexander Aphrodisias pada permulaan abad III Masehi.

Menurut bukunya Richard B.Angel “Reasoning and Logic”, Aristoteles sendiri meninggalkan enam buah buku khusus yang membicarakan ilmu logika ini yang oleh murid-muridnya diberi nama “Organon”.
Keenam buku tersebut adalah Categoriae (mengenai pengertian-pengertian), De Interpretatie (mengenai keputusan-keputusan), Analitica Priora (mengenai silogisme), Analitica Posteriora (mengenai pembuktian), Topika (mengenai berdebat), dan De Sophistic Elenchis (mengenai kesalahan-kesalahan berpikir).

Adalah Theoprostus yang kemudian mengembangkan ilmu logika Aristoteles itu dan sekaligus menyebarkannya sampai di kemudian hari masuk ke dalam dunia Islam.

Didunia Islam, ilmu logika ini tidak diterima begitu saja dengan mulus, tapi direspon dengan berbagai macam pendapat oleh tokoh-tokoh Islam terkemuka. Ibnu Salih dan Imam Nawawi misalnya, mereka sangat menentang penggunaan ilmu logika. Penentangan mereka itu bukan hanya sebatas menentang tidak setuju atau tidak sepakat tapi jauh lebih keras dari itu. Penentangan mereka sampai kepada mengharamkan ilmu logika untuk digunakan didalam dunia Islam.

Namun demikian, sebagian besar dari mereka (Jumhur Ulama) membolehkan mempelajari ilmu logika dengan syarat orang-orang yang akan mempelajarinya sudah kokoh iman dan cukup akalnya.

Selain penolakan yang tegas serupa diatas, diantara mereka ada juga yang malah menganjurkannya, seperti Al-Ghazali, Al-Farabi , Al-Kindi dan lain-lain. Al-Kindi bukan hanya menganjurkan tapi malah mempelajari dan sekaligus menyelidiki logika Yunani secara khusus, bahkan Al-Farabi melakukannya lebih mendalam lagi dari apa yang sudah dilakukan oleh Al-Kindi.

sumber:http://my.opera.com/Putra%20Pratama/blog/tugas-lt

0 comments

Posting Komentar

silahkan berkomentar dengan bijak, sopan, dan santun. termiakasih telah mampir dan membaca blog kami.