Salah kaprah “enak jadi guru”

Entah apa yang melatarbelakangi, belakangan ini profesi guru banyak digemari oleh para lulusan SMA dan sederajat, entah sedang trend atau apalah, tak luput dari mereka para sarjana non-pendidikan pun ikut mengantre untuk menjadi guru profesional. Dari desas-desus yang beredar sih katanya kalau jadi guru dan ikut sertifikasi, PLPG, ataupun PPG gaji seorang guru bisa naik berkali-kali lipat. Apa karena ikhwal tersebut kini profesi guru laris manis di pasaran. Ya mudah-mudahan saja tidak demikian melainkan benar-benar panggilan hati yang sungguh-sungguh. Namun jika iya Hehehehe berarti motifasinya bukan untuk mendidik atawa mengabdi dong melainkan mementingkan perut sendiri. Lah kalau begitu jadinya cara mendidiknya harus dipertanyakan. Menjadi seorang guru merupakan panggilan hati untuk mengabdi dan membuat perubahan lebih baik pada generasi penerus yang kita didik bukan hanya sekedar niat abal-abal. Terlebih banyak dari mereka yang abal-abal itu palah menyepelekan profesi guru sebagai profesi yang mudah di lakukan.

Menjadi seorang guru tidaklah mudah ada satu beban di pundak kita yakni mencerdaskan generasi penerus bangsa baik secara moral dan bidang keilmuan lainya. hal tersebut tidaklah mudah, ilmunya itu khusus bahkan yang kuliah 4 tahun di KIP atau FKIP saja belum tentu mumpuni menjadi seorang pendidik,seperti yang saya bilang di atas bahwa seorang guru itu adalah sebuah panggilan hati jika niatnya memang benar ingin dari guru mungin sudah dari dahulu bahakan dari awal cinta-citanya sudah ingin jadi guru bisa jadi dari SD, SMP, atau SMA sudah niat kalau kuliah nanti ingin jadi guru bukan setelah lulus Sarjana non KIP baru niat jadi guru.

Memang benar sarjana non Pendidikan bisa saja menjadi guru baik itu tingkat TK, SD, SMP maupun SMA. menurut keputusan mentri pendidikan tapi mereka harus menjalani satu matrikulasi khusus jika lulus baru boleh mengikuti PPG atau sejenisnya untuk menjadi guru yang profesional (katanya). Bayangkan saja nanti ada sarjana ilmu politik jadi guru SD ahahhaha memang sah-sah saja sih tapi ya bukan lebih baik pada perkerjaan yang lebih cocok pada bidang ilmunya kan.

Lalu untuk apa FKIP jika lulusannya saja masih harus bersaing dengan sarjana non pendidikan, ada seorang teman bilang tutup saja FKIP ndak berguna itu, namun saya pikir FKIP tak perlu tutup, namun harus ada peninjauan ulang untuk keputusan itu, sarjana pendidikan harus di prioritaskan utuk menjadi tenaga pendidik kemudian, penanganan sarjana non pendidikan yang ingin menjadi guru harus dilakukan dengan serius dan tepat baik secara materi dan mental agar guru tidak menjadi sebuah profesi yang menurutnya bergaji besar dengan pekerjaan yang remeh tapi memang suatu pekerjaan mulia yang pantas mendapatkan gaji yang layak.

1 komentar

silahkan berkomentar dengan bijak, sopan, dan santun. termiakasih telah mampir dan membaca blog kami.
EmoticonEmoticon